Sabtu, 04 Desember 2010

GOT part 2

Beberapa minggu yl, selesai melayani ibadah pagi, saya dan istri cari makan di sebuah mal di bilangan Jakarta Barat yang berada dekat dengan lingkungan kampus, dan - pastinya - dekat dengan kost2an mahasiswa.
Gedung parkirnya penuh sekali, baru setelah naik turun beberapa kali akhirnya ada juga mobil yang keluar... Syukurlah, bisa parkir.
Tapi saya nggak mau share tentang 'pergumulan mencari tempat parkir'. Tapi ttg...
Saat saya turun dari mobil, ternyata dari mobil sebelah turun pula beberapa ABG, dengan pakaian trendy, yang bergegas memasuki mal dengan menenteng Alkitab... Mereka ternyata mau bergereja di mal, sekalian shopping atau makan2.
Keberadaan gereja di mal memang sudah lama menjadi pro dan kontra. Disatu sisi gereja membutuhkan tempat beribadah yang murah (nggak harus beli atau bangun), aman (nggak usah takut di grebek preman, krn sdh pasti dicegat diluar oleh security mal), dan strategis (pasti, namanya juga mal, tempat berkumpulnya manusia). Namun disisi lain gereja di mal akan menghadapi budaya 'manusia mal' yang cenderung mengikuti trend, kurang loyal, dan kurang mau terlibat.
Namun yang pasti, gereja mal telah menciptakan sebuah segmentasi bergereja yang baru, yaitu gereja generasi gaul yang memang memiliki life style dunia mal... Dan gereja mainstream kayaknya nggak melirik segmen ini. Mereka sudah cukup puas dengan me-maintain jemaat tradisional mereka, dan tidak melihat betapa generasi gaul di luar sana juga membutuhkan berita Injil keselamatan, yang akhirnya 'ditangkap' oleh gereja mal yang nggak jelas pengajarannya itu.
Saya pikir GKI sebagai gereja yang nggak tradisional2 amat musti berani menjangkau jiwa dengan cara2 yang non konvensional, membangun pos di mal misalnya, atau di apartemen2 dan CBD yang banyak bertumbuhan di kota-kota besar.
Saya pernah mendengar wacana pembangunan sebuah pos di salah satu mal terbesar di Jakarta Barat, yang idenya dicetuskan oleh salah seorang pendeta emiritus.
Anehnya, ide yang baik ini ternyata tidak direspons secara positif oleh sinode, bahkan menganggap ide ini sebagai ide yang melanggar aturan... Out of the rule...
Ternyata pembangunan gereja memang sulit, selain dihambat oleh preman, juga dihambat oleh birokrasi gereja ybs.
Lalu kapan GKI bisa lebih lincah dalam menangkap peluang untuk perkembangan gereja, terutama dalam penjangkauan kaum muda???
Atau memang GKI sudah positioned sebagai GOT yang lambat laun akan habis oleh sebab2 alamiah...?
Kalau GKI terus seperti ini, mungkin GKI akan mengikuti jejak leluhurnya, gereja2 di Belanda, yang benar2 gereja GOT yang nggak menarik dan nggak penting keberadaannya bagi generasi masa kini. Kasihan sekali.
Yuk kita mengambil inisiatif, dan jangan membiarkan hal itu terjadi atas gereja kita.
Salam berdaya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar