Beberapa saat sebelum ibadah pagi dimulai, kami (para penatua) beserta lektor dan perwakilan pemusik berkumpul di konsistori untuk berdoa. Minggu itu adalah minggu pertama, dan sesuai jadwal, pemusik yang bertugas adalah band.
Setelah 'amin' mendadak seorang penatua menyapa pemusik dengan perkataan: "Nanti mainnya jangan kenceng-kenceng ya, karena gereja ini adalah gereja orang tua..."
Saya pikir itu good advice bagi pemusik untuk dapat melayani dengan lebih baik. Namun di luar konteks itu, perkataan itu membuat saya bergumul berhari-hari: benarkah GKI adalah GOT (Gereja Orang Tua)???
Saya salah masuk dong!
Saya pikir tidak semua GKI adalah GOT, saya bisa menyebutkan BEBERAPA GKI yang banyak beranggotakan kaum muda. Tapi masalahnya ya itu, hanya 'beberapa'.... Harus diakui bahwa kebanyakan GKI memang GOT, dan kaum muda tampaknya makin menjauh dari GKI.
Saya amati kaum muda, terutama di kota-kota besar, lebih tertarik dengan gereja-gereja aliran kharismatik yang cara ibadahnya mungkin lebih sesuai dengan jiwa kaum muda. Dan gejala GOT ini ternyata tidak hanya terjadi di GKI atau gereja aliran mainstream lainnya. Gereja-gereja pentakosta yang sudah lama established ternyata juga mengalami hal yang sama, dimana kaum mudanya lebih senang ke gereja kharismatik lain yang lebih modern.
Namun, pada ekstrem lain saya juga melihat ada keberminatan kaum muda yang 'tampaknya lebih intelektual' yang suka bergereja di gereja betulnya 'bisa digolongkan mainstream' yaitu gereja-gereja aliran Injili seperti GRII atau GKY. Mengapa kaum muda itu kesana? Karena konon di gereja-gereja itu, aspek pengajarannya 'lebih kaya' ketimbang gereja mainstream yang sering dianggap ajarannya 'dangkal' dan 'nggak jelas'.
Tinggallah GKI yang pelan-pelan menemukan jatidirinya sebagai GOT....
Hmmm gejala apakah ini?
Apakah memang telah terbentuk segmentasi gereja sedemikian rupa sehingga ada GOT dan GOM (gereja orang muda)?
Ataukah penyebabnya karena gereja gagal mengembangkan sebuah ministry yang dapat merangkul segala golongan usia?
Jangan-jangan bukan masalah usia saja, jangan-jangan perbedaan status sosial, suku, pendidikan dll pun bisa membuat gereja terspesialisasi sedemikian rupa sehingga kesatuan gereja menjadi semakin jauh...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar