Selasa, 31 Maret 2015

Baptisan: Penggenapan Nubuat Nabi Yehezkiel

Yehezkiel 36:25

Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu (Alkitab Terjemahan Baru)

Setelah itu kamu akan Kuperciki dengan air jernih, supaya kamu bersih dari segala berhalamu dan dari segala sesuatu yang telah mencemarkan kamu (Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari)

Then will I sprinkle clean water upon you, and you shall be clean from all your uncleanness; and from all your idols will I cleanse you (Amplified Bible)

Saya menemukan ayat ini yang secara jelas menubuatkan bagaimana Israel akan diperbaharui pasca pembuangan di Babel. Dan membaca ayat sesudahnya, mengenai: hati yang baru, roh yang baru, hati yang taat, bahkan Roh Tuhan yang akan Tuhan berikan diam di dalam batin mereka (ayat 26-27), ini tidak hanya berbicara mengenai Israel pasca-exilit , tetapi juga berbicara mengenai Israel Perjanjian Baru, yaitu GEREJA yang berdiri pasca pencurahan Roh Kudus di Hari Pentakosta.

Saya percaya bahwa ayat ini merupakan nubuat Nabi Yehezkiel atas baptisan yang dilakukan Yohanes Pembaptis yang kemudian dilanjutkan dan disempurnakan oleh Gereja Kristen hingga hari ini.

Dan saya jadi tergelitik untuk melanjutkan ulasan ini ke praktek baptisan yang masih saja menjadi polemik di kalangan Kristen. Ada begitu banyak orang Kristen yang merindukan dirinya dibaptis dengan cara yang sama seperti Tuhan Yesus dibaptis. Ini bukan dosa, melainkan sebuah keinginan yang patut kita hargai. Namun menjadi sebuah dosa saat sebuah baptisan diulang karena dianggap tidak benar atau tidak layak. Yang sering terjadi adalah: baptisan percik diulang dengan baptisan selam. Saya percaya bahwa baptis ulang ini adalah sebuah dosa yang perlu disesali oleh umat dan gereja yang memraktekkannya. Mengapa? Karena menjadikan finalitas keselamatan di dalam Kristus menjadi tidak final lagi, karena perlu diimbuhi dengan seremonial lain yang namanya baptisan, seolah-olah baptisan itu menyelamatkan. Padahal hanya iman kepada Tuhan Yesus saja-lah yang menyelamatkan! (Baca Roma 3:21-31, terutama ayat 28)

Kata 'baptizo' yang sering dianggap lebih bermakna 'selam' pun dalam berbagai bagian dalam Alkitab tidak pernah menunjuk pada penyelaman. Ini mirip dengan pemakaian kata 'berlayar' (yang tidak selalu menggunakan kapal layar), atau kata 'perjalanan' (yang tidak selalu harus berjalan kaki). Bagian-bagian Alkitab yang menggunakan kata 'baptizo' pernah saya bahas dalam post saya sebelumnya.

Begitu pun istilah 'keluar dari air' seperti yang dicatat oleh Injil Matius dan Injil Markus tidak selalu berarti penyelaman, karena keluar dari sungai ke daratan pun bisa dimaknai sebagai 'keluar dari air' tanpa perlu ada penyelaman.

Justru saya menemukan fakta bahwa kemungkinan besar Yesus dibaptis secara percik atau siram/tuang oleh Yohanes Pembaptis. Argumentasinya demikian:

  1. Yehezkiel 36:25 jelas-jelas berbicara mengenai pencurahan dan pemercikan air!
  2. Yohanes Pembaptis sebagai keturunan Lewi, bahkan keturunan Imam Harun, TIDAK PERNAH MENGENAL PENYELAMAN dalam ibadah Yahudi, yang mereka kenal adalah: PEMERCIKAN! Sehingga sangat aneh bila Yohanes Pembaptis melakukan praktek lain yang tidak dikenalnya! (silakan search Alkitab Online dengan keyword 'hisop' dan 'pemercikan', maka akan keluar semua ayat yang related)


Tapi... sudahlah. GKI mengakui cara baptisan percik maupun selam. Keduanya sama-sama baiknya. Namun saat ada gereja yang mengembangkan praktek baptis ulang, maka sudah sepantasnya kita bersikap secara tegas dan mengarahkan umat kepada pemahaman yang benar dan alkitabiah mengenai baptisan dan caranya dilaksanakan.

Salam berdaya!
Tuhan Yesus memberkati!