Kamis, 09 Desember 2010

2 Prinsip Bergereja - Part 1

Di sela2 meeting kantor saya beberapa tahun yl, panitia ternyata  telah menyisipkan sebuah acara training motivasi yang dibawakan oleh seorang motivator yang cukup terkenal. Saya nggak ingat keseluruhan materi training motivasi tsb, namun saya ingat satu poin yang saat ini ingin saya bagikan kepada Anda, yaitu tentang 'pengalaman'.
Penjelasan simpelnya begini:
Starbuck jual kopi, kedai warkop Bang Amin juga jual kopi.
Namun kedua penjual itu menjual kopi dengan cara yang berbeda: Warkop Bang Amin menjual kopi thok, sedang Starbuck menjual 'ngopi' alias pengalaman minum kopi (dan itu menjadi salah satu faktor yang membedakan Starbuck dengan Warkop Bang Amin)
Insight sederhana itu kini coba saya tarik ke ranah gereja.
Tentu saja gereja nggak bisa disamakan dengan kopi, sehingga kita nggak bisa menjual gereja seperti org menjual kopi. Bukan masalah jual-menjual, namun masalah 'pengalaman' yang menjadi sebuah nilai tambah bagi barang asalnya. 'Ngopi' merupakan 'pengalaman' yang menjadi nilai tambah bagi 'kopi', begitu pula 'Bergereja' merupakan 'pengalaman' yang menjadi nilai tambah dari 'gereja'.
Anda dpt menangkap maksud saya?
Saya di awal sekali telah memperkenalkan 'bergereja' sebagai istilah lokal dari ' ministry'. Mungkin bukan terjemahan yang terlalu baik, namun spiritnya adalah: ministry atau bergereja seharusnya merupakan aspek pengalaman dalam gereja yang membuat gereja memiliki nilai tambah. Dalam bahasa Pembangunan Jemaat: menjadi jemaat yang vital dan menarik.
Berangkat dari pemahaman inilah saya memperkenalkan 'dua prinsip bergereja', yaitu:
1. relevan dan
2. relevan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar