Sabtu, 04 Juni 2011

Cari Apa di Gereja?

Sebetulnya apa yang dicari orang di gereja?
Beberapa waktu terakhir ini saya sempat ngobrol dengan beberapa rekan yang dulu segereja dengan saya, namun sekarang sudah jarang nongol di kebaktian. Biasa, saya bertanya bagaimana kabarnya, kok sekarang jarang ke gereja, dlsb. Lucunya, rata-rata jawabannya - walaupun beda-beda kalimatnya - tapi isinya sama:
- Ada yang bilang: di GKI khotbahnya nggak mantep, dangkal, kurang nendang... (perlu ditendang kali nih orang biar berasa...)
- Yang lain bilang: wah... pujian-pujiannya kurang urapan, kering, nggak merasuk dihati....
- Trus ada juga yang bilang: di GKI saya nggak bertumbuh, kalo di gereja anu banyak acara pembinaannya, jadi saya lebih dapet sesuatu disana....
Masukan yang sangat real, manusiawi, tidak mengada-ngada. Jujur saya juga setuju dengan berbagai alasan itu. Tentu hal ini perlu menjadi refleksi bagi kita semua (yang merasa demikian) untuk dapat terus meningkatkan kualitas pelayanan kita.
Namun dibalik kebenaran alasan-alasan itu, ada satu hal yang perlu menjadi perenungan kita bersama: IBADAH ITU UNTUK TUHAN ATAU UNTUK KITA???
Ibadah adalah sebuah bakti kita kepada Tuhan, sebuah penaklukan diri di bawah kedaulatan Tuhan atas keseluruhan aspek dalam kehidupan kita. So ibadah tidaklah terbatas dalam waktu, tempat, dan tata cara tertentu; karena kapanpun, dimanapun, dan bagaimana-caranya-pun, sepanjang yang kita perbuat adalah di dalam kepatuhan kita kepada Tuhan, maka ITULAH IBADAH! Ibadah Minggu hanyalah sebagian kecil dari IBADAH, dimana selain ada tata cara tertentu yang meng-empower kembali IBADAH kita dalam hidup sehari-hari, juga ada sebuah aspek yang khas (dan tak tergantikan), yaitu: aspek persekutuan. Melalui persekutuan, seharusnyalah kita masing-masing saling meng-empower satu sama lain untuk terus bersemangat dan taat dalam IBADAH kita.
Apakah sampai disini kita setuju? Harus setuju, karena kalo tidak setuju berarti ada sesuatu yang salah dalam paradigma ibadah Anda!
Lalu, untuk apa kita masih mempermasalahkan tentang: khotbah yang dangkal, puji-pujian yang kering, ataupun acara pembinaan yang kurang mempertumbuhkan? Justru khotbah, puji-pujian, maupun acara-acara pembinaan yang terlalu yahud berpotensi menggeser makna ibadah yang UNTUK TUHAN itu menjadi UNTUK KITA, dan ini nggak ubahnya seperti sebuah ENTERTAINMENT!!!
Nggak heran kalau banyak gereja sekarang yang berani bayar mahal untuk menghadirkan pembicara kondang maupun pemusik profesional (yang belum tentu kita kenal sebagai pelayan-pelayan yang sudah lahir baru!)
Rekan-rekan, mari tempatkan IBADAH kita dalam mind-set yang benar, yaitu yang Alkitabiah. Janganlah kita beribadah UNTUK MENDAPATKAN SESUATU, tetapi beribadahlah UNTUK MEMBERIKAN SESUATU KEPADA TUHAN.

Ingat, Rasul Paulus pun sudah pernah mengingatkan bahwa akan datang waktunya dimana orang akan men-campur-aduk-kan ibadah dengan entertainment (baca 2 Timotius 4:3). Semoga bukan kita yang menggenapinya.
Salam berdaya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar