Selasa, 13 November 2012

CSS: Khotbah 3

Person

Hal yang terakhir dari Kuadran Kotbah adalah: si pengkhotbah.
Mengapa hal pengkhotbah ini perlu saya bahas disini? Karena mimbar gereja seharusnyalah dilayani oleh gembala asli dan bukannya gembala upahan!
Disini kita berbicara mengenai kredibilitas dan reputasi  seorang pengkhotbah, dan ini penting untuk menjadi perhatian kita semua.

Mengapa?
Karena menguasai content dan mengemas context itu dapat dipelajari dan dilatih oleh siapapun, namun hal person... Ini sebetulnya yang akan membedakan secara jelas antara kotbah dan seminar, antara penggembalaan dan 'sekedar training'!

Memang pengkhotbah hanyalah alat di tangan Tuhan untuk menguraikan Firman Tuhan kepada umat, maksudnya: Firman Tuhan tidaklah menjadi kurang wibawa dan otoritasnya saat disampaikan oleh seorang pendosa (lagian siapa sih yang tidak berdosa?).
Namun, hal itu bukanlah berarti bahwa pengkhotbah itu boleh siapa saja yang merasa terpanggil!
Berbicara mengenai kredibilitas dan reputasi pengkhotbah, kita akan berbicara mengenai dua hal, yaitu: tujuan dan profile

Tujuan
Saya yakin semua orang digerakkan oleh suatu  tujuan dalam memilih atau melakukan sesuatu. Sekarang, apa tujuan seseorang memilih dan menjadi seorang pengkhotbah (atau pendeta)? Disini saya tidak berbicara mengenai 'panggilan Tuhan' karena semua orang yang 'berani' menjadi pengkhotbah pastilah mengklaim telah memiliki special call dari Tuhan! Tapi, dibalik 'klaim panggilan' itu saya ingin kita jujur terhadap diri kita sendiri bahwa pastilah ada tujuan yang yang lebih realistis bahkan manusiawi. Itu bukanlah hal yang salah atau memalukan, bahkan sekalipun tujuan tersebut bersifat 'sangat kedagingan' seperti: untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, untuk aktualisasi diri, bahkan untuk menegakkan ajaran gereja yang kalau perlu sampai harus memecah gereja! Yang menjadi masalah adalah: apakah bagaimana tujuan pribadi itu mampu ditundukkan di bawah tujuan Allah? Apakah itu 'tujuan Allah'? Dalam kaitan dengan topik ini, saya dengan yakin menyatakan bahwa 'tujuan Allah' bagi para pengkhotbah/pemberita Injil adalah PMBA: pergi, memuridkan-baptis, ajar (Amanat Agung, Matius 28:19-20a). Apakah PMBA itu masih menjadi prioritas Saudara? Ataukah PMBA itu hanya menjadi sebuah tempelan atau alat bagi pencapaian tujuan bahkan nafsu/obsesi pribadi Saudara?
Contohnya tentang 'pergi': kemana kita pergi? Apakah kita hanya ingin pergi ke tempat-tempat yang menguntungkan kita, yang basah, bahkan yang 'amplop'nya besar-besar, sehingga kita tidak mau melayani umat marjinal yang terkadang malah kita yang harus keluar duit pribadi?
Contoh lain tentang 'memuridkan-baptis': apakah kita lebih senang 'memuridkan murid' alias curi domba gereja lain (terutama domba yang gemuk) ketimbang membimbing seorang yang belum percaya untuk menjadi murid Kristus?
Contoh lain lagi tentang 'ajar': apakah kita lebih senang mengajarkan hal-hal yang ringan, menghibur, memotivasi, menjanjikan/membangkitkan harapan palsu, ketimbang mengajarkan ajaran yang benar dan alkitabiah sekalipun keras, sulit dimengerti, bahkan tidak menarik?
Yang lain silakan dilanjutkan sendiri, namun biarlah apapun tujuan 'kedagingan' yang normal kita miliki sebagai manusia TETAP TUNDUK dibawah tujuan Allah itu.

Profile
Penting bagi seorang pengkhotbah untuk memiliki sebuah profile yang tidak melulu sebagai ahli kotbah. Profile itu adalah sebuah kelebihan yang menjadi nilai tambah dari seorang pengkhotbah, bisa berbentuk gelar akademis (master/doktor), dosen seminari, penulis buku/jurnal/artikel, pengarang lagu, pemusik, pembawa acara radio/TV rohani, pelayanan luar (penginjilan, sosial, kemasyarakatan), dan lain sebagainya yang masih berdekatan dengan pelayanan. Bahkan hobi tertentu bisa menjadi profile, seperti bercocok tanam atau travelling, asalkan dapat memberi nilai tambah terhadap pelayanan yang dilakukan. Bukan hal baru penginjilan dilakukan melalui kegiatan pertanian, atau mengasah spiritualitas melalui kedekatan dengan alam. Intilnya, profile adalah sesuatu yang membuat wawasan kita makin luas, sehingga membuat para pengkhotbah 'bernilai lebih' karena pengalamannya yang banyak. Bagaimanapun juga pengalaman adalah guru yang terbaik, dan mendengarkan orang yang berpengalaman adalah sama dengan belajar pada guru yang terbaik. Jangan kungkung diri kita di dalam mimbar. Keluarlah, buat profile yang dapat memperluas wawasan Saudara, sehingga Saudara lebih mampu membawakan khotbah yang lebih berisi, mendarat, dan relevan. Itu tentu selanjutnya dapat membuat khotbah Saudara menjadi khotbah yang selalu ditunggu dan dicari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar