Person
Hal yang terakhir dari Kuadran Kotbah adalah: si pengkhotbah.
Mengapa hal pengkhotbah ini perlu saya bahas disini? Karena mimbar
gereja seharusnyalah dilayani oleh gembala asli dan bukannya gembala
upahan!
Disini kita berbicara mengenai kredibilitas dan reputasi seorang
pengkhotbah, dan ini penting untuk menjadi perhatian kita semua.
Mengapa?
Karena menguasai content dan mengemas context itu dapat dipelajari dan
dilatih oleh siapapun, namun hal person... Ini sebetulnya yang akan
membedakan secara jelas antara kotbah dan seminar, antara penggembalaan
dan 'sekedar training'!
Memang pengkhotbah hanyalah alat di tangan Tuhan untuk menguraikan
Firman Tuhan kepada umat, maksudnya: Firman Tuhan tidaklah menjadi
kurang wibawa dan otoritasnya saat disampaikan oleh seorang pendosa
(lagian siapa sih yang tidak berdosa?).
Namun, hal itu bukanlah berarti bahwa pengkhotbah itu boleh siapa saja yang merasa terpanggil!
Berbicara mengenai kredibilitas dan reputasi pengkhotbah, kita akan berbicara mengenai dua hal, yaitu: tujuan dan profile
Tujuan
Saya yakin semua orang digerakkan oleh suatu tujuan dalam memilih atau
melakukan sesuatu. Sekarang, apa tujuan seseorang memilih dan menjadi
seorang pengkhotbah (atau pendeta)? Disini saya tidak berbicara mengenai
'panggilan Tuhan' karena semua orang yang 'berani' menjadi pengkhotbah
pastilah mengklaim telah memiliki special call dari Tuhan! Tapi, dibalik
'klaim panggilan' itu saya ingin kita jujur terhadap diri kita sendiri
bahwa pastilah ada tujuan yang yang lebih realistis bahkan manusiawi.
Itu bukanlah hal yang salah atau memalukan, bahkan sekalipun tujuan
tersebut bersifat 'sangat kedagingan' seperti: untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarga, untuk aktualisasi diri, bahkan untuk menegakkan ajaran
gereja yang kalau perlu sampai harus memecah gereja! Yang menjadi
masalah adalah: apakah bagaimana tujuan pribadi itu mampu ditundukkan di
bawah tujuan Allah? Apakah itu 'tujuan Allah'? Dalam kaitan dengan
topik ini, saya dengan yakin menyatakan bahwa 'tujuan Allah' bagi
para pengkhotbah/pemberita Injil adalah PMBA: pergi, memuridkan-baptis, ajar (Amanat
Agung, Matius 28:19-20a). Apakah PMBA itu masih menjadi prioritas
Saudara? Ataukah PMBA itu hanya menjadi sebuah tempelan atau alat bagi
pencapaian tujuan bahkan nafsu/obsesi pribadi Saudara?
Contohnya tentang 'pergi': kemana kita pergi? Apakah kita hanya ingin
pergi ke tempat-tempat yang menguntungkan kita, yang basah, bahkan yang
'amplop'nya besar-besar, sehingga kita tidak mau melayani umat marjinal
yang terkadang malah kita yang harus keluar duit pribadi?
Contoh lain tentang 'memuridkan-baptis': apakah kita lebih senang
'memuridkan murid' alias curi domba gereja lain (terutama domba yang
gemuk) ketimbang membimbing seorang yang belum percaya untuk menjadi
murid Kristus?
Contoh lain lagi tentang 'ajar': apakah kita lebih senang mengajarkan
hal-hal yang ringan, menghibur, memotivasi, menjanjikan/membangkitkan
harapan palsu, ketimbang mengajarkan ajaran yang benar dan alkitabiah
sekalipun keras, sulit dimengerti, bahkan tidak menarik?
Yang lain silakan dilanjutkan sendiri, namun biarlah apapun tujuan
'kedagingan' yang normal kita miliki sebagai manusia TETAP TUNDUK
dibawah tujuan Allah itu.
Profile
Penting bagi seorang pengkhotbah untuk memiliki sebuah profile yang
tidak melulu sebagai ahli kotbah. Profile itu adalah sebuah kelebihan
yang menjadi nilai tambah dari seorang pengkhotbah, bisa berbentuk gelar
akademis (master/doktor), dosen seminari, penulis buku/jurnal/artikel,
pengarang lagu, pemusik, pembawa acara radio/TV rohani, pelayanan luar
(penginjilan, sosial, kemasyarakatan), dan lain sebagainya yang masih
berdekatan dengan pelayanan. Bahkan hobi tertentu bisa menjadi profile,
seperti bercocok tanam atau travelling, asalkan dapat memberi nilai
tambah terhadap pelayanan yang dilakukan. Bukan hal baru penginjilan
dilakukan melalui kegiatan pertanian, atau mengasah spiritualitas melalui
kedekatan dengan alam. Intilnya, profile adalah sesuatu yang membuat
wawasan kita makin luas, sehingga membuat para pengkhotbah 'bernilai
lebih' karena pengalamannya yang banyak. Bagaimanapun juga pengalaman
adalah guru yang terbaik, dan mendengarkan orang yang berpengalaman
adalah sama dengan belajar pada guru yang terbaik. Jangan kungkung diri
kita di dalam mimbar. Keluarlah, buat profile yang dapat memperluas
wawasan Saudara, sehingga Saudara lebih mampu membawakan khotbah yang
lebih berisi, mendarat, dan relevan. Itu tentu selanjutnya dapat membuat
khotbah Saudara menjadi khotbah yang selalu ditunggu dan dicari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar