Saya adalah seorang GKI (Gereja Kristen Indonesia) Sejati. Layakkah saya menyebut diri saya 'GKI Sejati'? Krn kalau saya bilang 'sejati', maka ada juga pihak yang saya bilang 'tidak sejati', 'setengah sejati', bahkan 'palsu'. Nggak sekasar itu lah...
Tapi sejujurnya saya cukup prihatin dengan pengajaran dan spiritual mind set yang berkembang di lingkungan para rohaniawan (baca: pengerja) GKI. Dimulai dengan slogan: "Be a Moderate", seolah ingin menempatkan diri pada posisi aman - ditengah-tengah - yang dlm banyak situasi tidak mungkin berposisi moderat, kecuali dengan mengorbankan sesuatu.
GKI memang terjebak dalam dikotomi fundamentalisme-liberalisme, sehingga memilih menjadi 'blok tengah'... Padahal -isme2 tersebut merupakan ciptaan manusia yang bukan kanon! Mengapa GKI tidak berusaha semakin setia dalam pengajaran Alkitabiah, malahan mengambil sikap moderat yang berisiko 'mengebiri' tuntutan atau konsekuensi Alkitabiah?
Saya adalah generasi GKI ke-3. Nenek saya adalah majelis jemaat GKI, ayah saya adalah pendeta GKI, saya sendiri sudah belajar melayani Tuhan di GKI semenjak di bangku SMP dan saat ini menjadi penatua GKI. Dari pengamatan dan pengalaman saya, GKI mustinya memiliki sebuah idealisme gerejawi yang cukup jelas, yaitu sebuah organisasi yang mission-oriented... Coba lihat warisan-warisan yang ditinggalkan para pendiri GKI: BPK Penabur, Ukrida, Radio Pelita Kasih, PPK Tabitha.... dan masih banyak lagi. GKI jaman dulu sungguh memiliki visi 'keluar' yang membuat GKI menjadi berkat. Apalagi dengan semangat pelayanan volunteer yang setia dan tidak mengharapkan imbalan, sungguh menjadi teladan dan inspirasi bagi gereja-gereja lain dan masyarakat.
Namun GKI masa kini menjadi gereja yang suam2 kuku karena tidak berani mengambil sikap tegas dan jelas, dan sudah merasa nyaman dengan statusnya yang moderat.
Nggak heran sih, wong yang jadi pengerja adalah GKI generasi 1 atau 2...
Saya adalah seorang GKI Sejati. Saya ajak anda yang merasa punya idealisme yang sama untuk menyalakan api di GKI, sehingga gereja kita tidak lagi menjadi gereja yang suam-suam kuku, yang akhirnya dimuntahkan Tuhan seperti jemaat di Laodikia.
Salam berdaya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar