Kamis, 07 Maret 2013

CSS - Doa 2

Matriks CSS
DOA BERSAMA

Setelah kita membahas tentang 'doa pribadi' kini kita lanjutkan membahas hal yang kedua, yaitu: doa bersama.

Di depan saya sudah menjelaskan tentang satu hal yang paling membedakan antara doa pribadi dan doa bersama, yakni: inisiatornya. Doa pribadi inisiatornya adalah masing-masing pribadi, sehingga bisa menjadi indikator tingkat spiritualitas umat, sedangkan doa bersama inisiatornya adalah tata ibadah atau pemimpin ibadah (liturgos atau pendeta). Nah karena bersifat ajakan, maka perlulah doa bersama ini diatur sedemikian rupa sehingga tidak menjadi aktivitas ibadah 3B: basa-basi basi! Tidak cukup umat di 'brainwash' ttg apa itu doa atau pentingnya doa (sehingga mereka rajin berdoa dan mau berdoa dengan sungguh-sungguh). Faktanya begitu banyak umat yang berdoa sekedar LTD: (L)ipat tangan, (T)unduk kepala, dan (D)engar liturgos/pendeta berdoa.... dan tak jarang sampai.... (T)idurrr. Mungkin baik juga doa itu 'diperagakan' seperti saudara kita umat Muslim, sehingga tidak sekedar LTD bahkan menjadi LTDT.

Saya tidak sedang mengarahkan topik ke 'peragaan doa' (baru-baru ini di sebuah pertemuan raya pelayan ibadah sinode, memang ada workshop tentang peragaan doa, silakan saja selama hal itu membantu umat untuk berdoa dengan lebih baik). Tetapi doa bersama memang perlu diatur dan disiapkan dengan baik agar mengurangi kecenderungan negatif seperti tersebut di atas.

Pengaturan dan penyiapan doa bersama tersebut akan menyangkut 3 hal:
1. Alasan Doa
2. Keterlibatan Umat
3. Suasana

Alasan Doa
Mengapa kita perlu berdoa? Saya pikir hal ini perlu disepakati di awal doa bersama. Sebuah introduksi singkat, penayangan poin-poin pergumulan jemaat/masyarakat, bahkan sebuah ulasan atau video singkat yang menggambarkan 'sesuatu yang perlu didoakan' merupakan sebuah awal doa yang baik. Apabila kondisi tidak memungkinkan atau karena minimnya persiapan, minimal dalam kata-kata pertama disampaikan hal 'alasan doa' ini.
Saya beri contoh tentang Doa Pengakuan Dosa.
Janganlah langsung mengajak umat untuk berdoa secara pribadi untuk mengakui dosa masing-masing, atau langsung mengatakan: 'Tuhan, dalam seminggu ini kami telah berbuat banyak dosa dan kesalahan...dst'. Percaya saya, umat terkadang tidak tahu DOSA APA YANG MUSTI SAYA AKUI DAN SESALI! Saya pernah dengar seorang pendeta yang berkata bahwa di GKI itu setiap minggu ada doa pengakuan dosa sehingga Tuhan pun bingung musti mengampuni dosa yang mana lagi! Itu pernyataan orang yang tidak tahu dosa dan keberadaan dirinya yang penuh dengan dosa, dan sebuah cerminan yang bagus atas kondisi real di jemaat. Ya memang seperti itulah kenyataannya, bahwa umat - bahkan pendeta/penatua - pun lupa atau tidak tahu akan lumuran dosa-dosanya yang begitu melekat dan begitu banyak itu! Itulah sebabnya, sebelum doa pengakuan dosa dinaikkan, cobalah menayangkan gambar-gambar atau video yang menggambarkan dosa disekeliling kita, seperti: suap, pelacuran, perjudian, perusakan lingkungan, pertengkaran, dsb, lebih baik lagi kalau tayangan tersebut related dengan tema ibadah. Misalnya tema ibadah tentang: Kebaikan yang dibalas dengan Kejahatan. Coba mencari tayangan yang mencerminkan hal itu, sebuah short movie atau gambar yang membuat umat berpikir: apakah saya juga melakukan hal itu? Atau... Minimal sekedar dikatakan, bahwa seringkali kita berbuat jahat kepada orang tua yang telah mengasihi kita, atau meng-korupsi perusahaan yang telah memberi kita gaji dan tunjangan-tunjangan setiap bulannya, atau menipu pelanggan setia kita dengan menjual barang-barang yang kurang berkualitas... Gambarkan alasan doa, maka umat akan bisa masuk ke dalam atmosfir doa yang lebih 'pas' dan bermakna.

Keterlibatan Umat
Saya sering merasa iri dengan umat di beberapa gereja Kharismatik yang sangat involve dalam doa bersama, yang ditunjukkan dengan ekspresi-ekspresi yang terkesan bebas, spontan, dan mandiri, seperti menangis, mengangkat tangan, ikut berkata-kata (termasuk dengan apa yang mereka yakini sebagai 'bahasa lidah'), melompat-lompat, dan lain sebagainya. Praktek-praktek doa seperti itu jelas tidak boleh di copas di gereja Protestan atau Reformed seperti GKI, karena ada pendasaran Alkitabiah yang jelas yang mengatur praktek ibadah seperti itu (tidak saya bahas disini, mungkin di lain kesempatan).
Tetapi kita perlu mencontoh spirit involvement-nya: doa bersama perlu rasa kebersamaan, yaitu adanya keterlibatan umat.
Umat tidak boleh sekedar LTD atau LTDT dalam doa bersama. Umat perlu merasa 'connected' dengan doa bersama, dan hal ini perlu diperhatikan secara serius agar gereja kita tidak terjebak pada formalitas dan seremonitas yang dibenci Tuhan, karena penuh dengan kepura-puraan (baca Matius 23:14) atau karena kurang sungguh-sungguh (baca Wahyu 3:15-16).
Nah sekarang, bagaimana caranya agar umat 'terlibat'?
Sebetulnya simpel saja: percayakan umat untuk memimpin doa bersama!
Pendeta atau liturgos atau penatua janganlah 'menguasai' doa. Apa yang bisa dilakukan umat, delegasikan kepada mereka!
Apa misalnya?
Doa persembahan misalnya. Setelah persembahan umat dikumpulkan oleh kolektan, silakan minta salah seorang kolektan untuk berdoa syukur atas berkat Tuhan. Jangan penatua lagi yang berdoa.
Contoh lainnya: doa syafaat. Nah, doa ini bisa 'menjaring' banyak keterlibatan umat. Ada berapa pokok doa syafaat? 5 pokok doa? Minta 5 orang umat untuk maju ke depan dan masing-masing memimpin satu pokok doa! Itu saja! Simpel kan?
Walah... Mana mau umat disuruh-suruh begitu. Ntar bukannya umat merasa terlibat, malah bisa kapok dan ngabur ke gereja lain yang lebih santai.
Saudara, setiap perubahan pasti akan ada pro dan kontra. Ada umat yang suka dan benci. Tapi bila perubahan itu adalah perubahan yang baik, maka yang pergi akan lebih sedikit ketimbang yang datang. Mungkin gereja akan sedikit 'guncang' dengan perginya tokoh-tokoh berduit ke gereja lain yang lebih suka jemaatnya LDT atau LTDT (karena yang penting uangnya masuk...). Tapi percaya saya, lewat pelibatan umat dalam pelayanan dan ibadah, maka Tuhan akan mempercayakan lebih banyak umat ke gereja Anda. Mengapa? Karena gereja Anda concern kepada pertumbuhan spiritualitas domba-dombaNya! Umat yang diminta terlibat dalam menaikkan doa pasti lebih bertumbuh spiritualitasnya ketimbang umat yang LTD bahkan LTDT. Saya sangat yakin akan hal itu! Silakan debat saya kalau Anda tidak setuju!
Betulnya hal 'membangun keterlibatan umat' ini dapat pula ditempuh dengan banyak cara, seperti membuka kesempatan umat untuk berdoa dengan cara membuka suara, saling mendoakan antar pasangan atau dengan sesama umat yang duduk bersebelahan, atau bahkan melalui doa yang diperagakan (meskipun saya agak kurang yakin dengan manfaatnya, karena peragakan ini terlalu diatur, tidak spontan, bahkan bisa menjadi formalitas dan seremonitas). Silakan dipikirkan bagaimana membuat umat menjadi terlibat. Saya hanya menyarankan hal tersebut (yaitu memberi kesempatan kepada umat untuk memimpin doa) supaya lebih fokus dan bisa bertahap: pertama-tama yang ditunjuk untuk memimpin doa adalah mereka yang memang sudah terbiasa, selanjutnya berangsur-angsur umat yang lain dilibatkan sebagai pemimpin doa. Wah, kalau semua umat pernah mendapat kesempatan memimpin doa, bahkan dijadwal secara teratur, saya yakin akan ada  gerakan Roh Kudus yang terjadi di gereja Anda! Di akhir ulasan ini saya akan mengusulkan sebuah struktur dosa syafaat yang mungkin dapat digunakan untuk mewujudnyatakan hal ini.

Suasana
Diawal sekali saya sudah mengatakan bahwa sekalipun kita bisa berdoa kepada Tuhan dimana saja dan kapan saja, tetapi seharusnyalah moment doa di gereja merupakan moment doa yang terbaik, saat umat secara bersama-sama berdoa. Ini mustinya menjadi pengalaman spiritual yang powerful dan meneguhkan, asal dilakukan dengan benar. Kalau ada seorang yang tidak merasa butuh berdoa, tetapi masuk ke dalam gereja yang 99% umatnya berdoa dengan sungguh-sungguh, pastilah orang tersebut pun akan terinspirasi untuk berdoa dengan sungguh-sungguh. Tapi kalau yang dia lihat adalah umat yang tidak berdoa, hanya LTD bahkan LTDT, maka moment doa itu menjadi moment yang menghancurkan semangat dan motivasi yang bersangkutan untuk menjadi pendoa yang sungguh-sungguh.
Selain faktor alasan dan keterlibatan, faktor suasana juga cukup mendukung keberhasilan doa bersama yang inspiratif.
Saya ingin mengusulkan beberapa hal untuk membentuk suasana doa yang baik:
1. Bentuk Tim Doa dan sebarkan mereka di tengah-tengah umat yang beribadah, supaya mereka bisa menjadi contoh dan teladan bagi umat di sekitar mereka untuk berdoa dengan benar. Semakin banyak gereja memiliki anggota Tim Doa, semakin baik. Bagaimana pun juga, umat memerlukan keteladanan dari sesama umat yang terdekat, ketimbang mencontoh pendeta atau penatua yang duduk jauh di depan, bahkan yang di 'first seat'
2. Ruangan jangan terlalu terang dan berisik. Pemanfaatan dimmer untuk meredupkan lampu, dan instrumentalia teduh sebagai pengantar doa merupakan sebuah ide yang perlu dipikirkan secara serius. Dalam ibadah malam, pemanfaatan lilin yang dipasang di panggung dan beberapa lokasi yang aman di antara jemaat (untuk menggantikan lampu PLN) juga menjadi sebuah pembentuk suasana doa yang baik. Buat juga peraturan yang tegas, bahwa saat doa dinaikkan maka umat tidak boleh keluar masuk ruangan, artinya kalau pas ada umat yang ke toilet atau terlambat datang, maka ybs harus menunggu di luar ruangan sampai doa selesai dipanjatkan. Ini juga untuk menegaskan bahwa masalah doa itu tidak boleh dianggap main-main.
3. Susunlah struktur doa, terutama untuk doa syafaat. Doa yang cukup panjang dengan beberapa topik perlu disusun sedemikian rupa sehingga 'tidak bikin tidur'. Disini saya coba mengusulkan sebuah struktur doa syafaat yang mungkin dapat menjadi sebuah variasi doa:

Struktur Doa Syafaat
1. Pujian pengantar doa syafaat
2. Pendeta menaikkan doa seputar visi dan misi pelayanan gereja yang sedang dikembangkan
3. Pujian
4. Tiga kali calling untuk didoakan secara khusus (misalnya: bersyukur, keutuhan keluarga, sakit, pengampunan, keuangan, kehilangan, dll)
5. Pujian
6. Umat yang ditunjuk memimpin doa untuk pokok-pokok doa yang telah ditetapkan sebelumnya, seperti umat yang berulang tahun, yang sakit, suka-duka, pergumulan masyarakat, negara, bahkan dunia (lebih baik bila datanya ditayangkan)
7. Pujian
8. Penutup oleh Pendeta.

Selamat mempraktekkan dan salam berdaya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar