|
Matriks CSS |
DOA BERSAMA
Setelah kita membahas tentang 'doa pribadi' kini kita lanjutkan membahas hal yang kedua, yaitu: doa bersama.
Di depan saya sudah menjelaskan tentang satu hal yang paling membedakan
antara doa pribadi dan doa bersama, yakni: inisiatornya. Doa pribadi
inisiatornya adalah masing-masing pribadi, sehingga bisa menjadi
indikator tingkat spiritualitas umat, sedangkan doa bersama inisiatornya
adalah tata ibadah atau pemimpin ibadah (liturgos atau pendeta). Nah
karena bersifat ajakan, maka perlulah doa bersama ini diatur sedemikian
rupa sehingga tidak menjadi aktivitas ibadah 3B: basa-basi basi! Tidak
cukup umat di 'brainwash' ttg apa itu doa atau pentingnya doa (sehingga
mereka rajin berdoa dan mau berdoa dengan sungguh-sungguh). Faktanya
begitu banyak umat yang berdoa sekedar LTD: (L)ipat tangan, (T)unduk
kepala, dan (D)engar liturgos/pendeta berdoa.... dan tak jarang
sampai.... (T)idurrr. Mungkin baik juga doa itu 'diperagakan' seperti
saudara kita umat Muslim, sehingga tidak sekedar LTD bahkan menjadi
LTDT.
Saya tidak sedang mengarahkan topik ke 'peragaan doa' (baru-baru ini di
sebuah pertemuan raya pelayan ibadah sinode, memang ada
workshop tentang peragaan doa, silakan saja selama hal itu membantu umat
untuk berdoa dengan lebih baik). Tetapi doa bersama memang perlu diatur
dan disiapkan dengan baik agar mengurangi kecenderungan negatif seperti
tersebut di atas.
Pengaturan dan penyiapan doa bersama tersebut akan menyangkut 3 hal:
1. Alasan Doa
2. Keterlibatan Umat
3. Suasana
Alasan Doa
Mengapa kita perlu berdoa? Saya pikir hal ini perlu disepakati di awal
doa bersama. Sebuah introduksi singkat, penayangan poin-poin pergumulan
jemaat/masyarakat, bahkan sebuah ulasan atau video singkat yang
menggambarkan 'sesuatu yang perlu didoakan' merupakan sebuah awal doa
yang baik. Apabila kondisi tidak memungkinkan atau karena minimnya
persiapan, minimal dalam kata-kata pertama disampaikan hal 'alasan
doa' ini.
Saya beri contoh tentang Doa Pengakuan Dosa.
Janganlah langsung mengajak umat untuk berdoa secara pribadi untuk mengakui
dosa masing-masing, atau langsung mengatakan: 'Tuhan, dalam seminggu ini
kami telah berbuat banyak dosa dan kesalahan...dst'. Percaya saya, umat
terkadang tidak tahu DOSA APA YANG MUSTI SAYA AKUI DAN SESALI! Saya
pernah dengar seorang pendeta yang berkata bahwa di GKI
itu setiap minggu ada doa pengakuan dosa sehingga Tuhan pun bingung
musti mengampuni dosa yang mana lagi! Itu pernyataan orang yang tidak
tahu dosa dan keberadaan dirinya yang penuh dengan dosa, dan sebuah
cerminan yang bagus atas kondisi real di jemaat. Ya memang seperti
itulah kenyataannya, bahwa umat - bahkan pendeta/penatua - pun lupa atau tidak tahu akan lumuran dosa-dosanya yang begitu melekat dan begitu banyak itu! Itulah sebabnya, sebelum doa pengakuan dosa dinaikkan, cobalah menayangkan
gambar-gambar atau video yang menggambarkan dosa disekeliling kita,
seperti: suap, pelacuran, perjudian, perusakan lingkungan, pertengkaran,
dsb, lebih baik lagi kalau tayangan tersebut related dengan tema ibadah. Misalnya
tema ibadah tentang: Kebaikan yang dibalas dengan Kejahatan. Coba mencari tayangan yang mencerminkan hal itu, sebuah short movie atau gambar yang membuat umat berpikir: apakah saya juga
melakukan hal itu? Atau... Minimal sekedar dikatakan, bahwa seringkali
kita berbuat jahat kepada orang tua yang telah mengasihi kita, atau
meng-korupsi perusahaan yang telah memberi kita gaji dan
tunjangan-tunjangan setiap bulannya, atau menipu pelanggan setia kita
dengan menjual barang-barang yang kurang berkualitas... Gambarkan alasan
doa, maka umat akan bisa masuk ke dalam atmosfir doa yang lebih 'pas'
dan bermakna.
Keterlibatan Umat
Saya sering merasa iri dengan umat di beberapa gereja Kharismatik yang
sangat involve dalam doa bersama, yang ditunjukkan dengan ekspresi-ekspresi yang terkesan
bebas, spontan, dan mandiri, seperti menangis, mengangkat tangan, ikut
berkata-kata (termasuk dengan apa yang mereka yakini sebagai 'bahasa
lidah'), melompat-lompat, dan lain sebagainya. Praktek-praktek doa
seperti itu jelas tidak boleh di copas di gereja Protestan atau Reformed
seperti GKI, karena ada pendasaran Alkitabiah yang jelas yang mengatur praktek
ibadah seperti itu (tidak saya bahas disini, mungkin di lain
kesempatan).
Tetapi kita perlu mencontoh spirit involvement-nya: doa bersama perlu rasa kebersamaan, yaitu adanya keterlibatan umat.
Umat tidak boleh sekedar LTD atau LTDT dalam doa bersama. Umat perlu
merasa 'connected' dengan doa bersama, dan hal ini perlu diperhatikan
secara serius agar gereja kita tidak terjebak pada formalitas dan
seremonitas yang dibenci Tuhan, karena penuh dengan kepura-puraan
(baca Matius 23:14) atau karena kurang sungguh-sungguh (baca Wahyu 3:15-16).
Nah sekarang, bagaimana caranya agar umat 'terlibat'?
Sebetulnya simpel saja: percayakan umat untuk memimpin doa bersama!
Pendeta atau liturgos atau penatua janganlah 'menguasai' doa. Apa yang bisa dilakukan umat, delegasikan kepada mereka!
Apa misalnya?
Doa persembahan misalnya. Setelah persembahan umat dikumpulkan oleh
kolektan, silakan minta salah seorang kolektan untuk berdoa syukur atas
berkat Tuhan. Jangan penatua lagi yang berdoa.
Contoh lainnya: doa syafaat. Nah, doa ini bisa 'menjaring' banyak
keterlibatan umat. Ada berapa pokok doa syafaat? 5 pokok doa? Minta 5
orang umat untuk maju ke depan dan masing-masing memimpin satu pokok
doa! Itu saja! Simpel kan?
Walah... Mana mau umat disuruh-suruh begitu. Ntar bukannya umat merasa
terlibat, malah bisa kapok dan ngabur ke gereja lain yang lebih santai.
Saudara, setiap perubahan pasti akan ada pro dan kontra. Ada umat yang
suka dan benci. Tapi bila perubahan itu adalah perubahan yang baik, maka
yang pergi akan lebih sedikit ketimbang yang datang. Mungkin gereja
akan sedikit 'guncang' dengan perginya tokoh-tokoh berduit ke gereja
lain yang lebih suka jemaatnya LDT atau LTDT (karena yang penting
uangnya masuk...). Tapi percaya saya, lewat pelibatan umat dalam
pelayanan dan ibadah, maka Tuhan akan mempercayakan lebih banyak umat ke
gereja Anda. Mengapa? Karena gereja Anda concern kepada pertumbuhan
spiritualitas domba-dombaNya! Umat yang diminta terlibat dalam menaikkan
doa pasti lebih bertumbuh spiritualitasnya ketimbang umat yang LTD
bahkan LTDT. Saya sangat yakin akan hal itu! Silakan debat saya kalau
Anda tidak setuju!
Betulnya hal 'membangun keterlibatan umat' ini dapat pula ditempuh
dengan banyak cara, seperti membuka kesempatan umat untuk berdoa dengan
cara membuka suara, saling mendoakan antar pasangan atau dengan sesama
umat yang duduk bersebelahan, atau bahkan melalui doa yang diperagakan
(meskipun saya agak kurang yakin dengan manfaatnya, karena peragakan ini
terlalu diatur, tidak spontan, bahkan bisa menjadi formalitas dan
seremonitas). Silakan dipikirkan bagaimana membuat umat menjadi terlibat.
Saya hanya menyarankan hal tersebut (yaitu memberi kesempatan kepada umat untuk memimpin doa) supaya lebih fokus dan bisa bertahap: pertama-tama yang ditunjuk untuk memimpin doa adalah
mereka yang memang sudah terbiasa, selanjutnya berangsur-angsur umat
yang lain dilibatkan sebagai pemimpin doa. Wah, kalau semua umat pernah
mendapat kesempatan memimpin doa, bahkan dijadwal secara teratur, saya
yakin akan ada gerakan Roh Kudus yang terjadi di gereja Anda! Di akhir ulasan ini saya akan mengusulkan sebuah struktur dosa syafaat yang
mungkin dapat digunakan untuk mewujudnyatakan hal ini.
Suasana
Diawal sekali saya sudah mengatakan bahwa sekalipun kita bisa berdoa
kepada Tuhan dimana saja dan kapan saja, tetapi seharusnyalah moment doa
di gereja merupakan moment doa yang terbaik, saat umat secara
bersama-sama berdoa. Ini mustinya menjadi pengalaman spiritual yang
powerful dan meneguhkan, asal dilakukan dengan benar. Kalau ada seorang
yang tidak merasa butuh berdoa, tetapi masuk ke dalam gereja yang 99%
umatnya berdoa dengan sungguh-sungguh, pastilah orang tersebut pun akan
terinspirasi untuk berdoa dengan sungguh-sungguh. Tapi kalau yang dia
lihat adalah umat yang tidak berdoa, hanya LTD bahkan LTDT, maka moment
doa itu menjadi moment yang menghancurkan semangat dan motivasi yang
bersangkutan untuk menjadi pendoa yang sungguh-sungguh.
Selain faktor alasan dan keterlibatan, faktor suasana juga cukup mendukung keberhasilan doa bersama yang inspiratif.
Saya ingin mengusulkan beberapa hal untuk membentuk suasana doa yang baik:
1. Bentuk Tim Doa dan sebarkan mereka di tengah-tengah umat yang
beribadah, supaya mereka bisa menjadi contoh dan teladan bagi umat di
sekitar mereka untuk berdoa dengan benar. Semakin banyak gereja memiliki
anggota Tim Doa, semakin baik. Bagaimana pun juga, umat memerlukan keteladanan dari sesama umat yang terdekat, ketimbang mencontoh pendeta
atau penatua yang duduk jauh di depan, bahkan yang di 'first seat'
2. Ruangan jangan terlalu terang dan berisik. Pemanfaatan dimmer untuk
meredupkan lampu, dan instrumentalia teduh sebagai pengantar doa
merupakan sebuah ide yang perlu dipikirkan secara serius. Dalam ibadah
malam, pemanfaatan lilin yang dipasang di panggung dan beberapa lokasi
yang aman di antara jemaat (untuk menggantikan lampu PLN) juga menjadi
sebuah pembentuk suasana doa yang baik. Buat juga peraturan yang tegas,
bahwa saat doa dinaikkan maka umat tidak boleh keluar masuk ruangan,
artinya kalau pas ada umat yang ke toilet atau terlambat datang, maka
ybs harus menunggu di luar ruangan sampai doa selesai dipanjatkan. Ini
juga untuk menegaskan bahwa masalah doa itu tidak boleh dianggap
main-main.
3. Susunlah struktur doa, terutama untuk doa syafaat. Doa yang cukup
panjang dengan beberapa topik perlu disusun sedemikian rupa sehingga
'tidak bikin tidur'. Disini saya coba mengusulkan sebuah struktur doa
syafaat yang mungkin dapat menjadi sebuah variasi doa:
Struktur Doa Syafaat
1. Pujian pengantar doa syafaat
2. Pendeta menaikkan doa seputar visi dan misi pelayanan gereja yang sedang dikembangkan
3. Pujian
4. Tiga kali calling untuk didoakan secara khusus (misalnya: bersyukur,
keutuhan keluarga, sakit, pengampunan, keuangan, kehilangan, dll)
5. Pujian
6. Umat yang ditunjuk memimpin doa untuk pokok-pokok doa yang telah
ditetapkan sebelumnya, seperti umat yang berulang tahun, yang sakit,
suka-duka, pergumulan masyarakat, negara, bahkan dunia (lebih baik bila
datanya ditayangkan)
7. Pujian
8. Penutup oleh Pendeta.
Selamat mempraktekkan dan salam berdaya!