http://www.gki-citra1.org
Minggu, 20 Januari 2013 saya beribadah di GKI Perumahan
Citra 1. Sebetulnya saya sudah cukup sering datang ke gereja tersebut, namun
baru kali ini sempat membuat beberapa catatan dari hasil pengamatan saya
sebagai seorang ‘tamu’ yang tentunya memakai kacamata ‘first impression’, alias
kesan yang pertama kali saya tangkap. Apabila ada rekan yang anggota/simpatisan
GKI Perumahan Citra 1 yang ingin membetulkan atau mengomentari catatan saya
ini, monggo, silakan dengan senang hati.
PENGUNJUNG IBADAH
Sekitar 600-700 umat menghadiri ibadah minggu di 6 kali
ibadah (Umum 1-3, Pos PI, Pemuda, Remaja), dan sekitar 200-300 anak sekolah
minggu di 2 ibadah anak
JADWAL KEGIATAN
Gereja ini sudah punya website seperti di atas, silakan klik
saja disana, maka banyak informasi yang dapat kita temukan disana. Good start!
FISIK GEREJANYA
Namanya saja ‘gereja perumahan’, jelaslah lokasinya ada di
dalam perumahan, menempati areal seluas 1 blok, dengan bangunan gereja dan
rumah (pastori?) yang berdiri di atasnya. Cukup ideal sebagai sebuah kompleks
gereja, sekalipun – sebagai seorang tamu – saya merasa lokasinya begitu jauh
karena berada di tempat yang paling ujung…
Dari luar, gereja ini tampak tidak terlalu besar, hanya
bangunan stand alone satu lantai dengan sebuah menara (menara lonceng?) yang
nggak terlalu tinggi di depannya. Namun saat masuk di dalamnya, terasa suasana
yang cukup lapang dan lega, dengan langit-langit cukup tinggi, dan berkapasitas
tempat duduk sekitar 300 seats. AC nya sudah sentral (wow untuk ukuran gereja
yang nggak terlalu besar seperti ini), menjamin suhu ruangan yang nyaman dan
merata disemua bagian. Sound system juga terasa begitu jernih dan empuk, dan
diperlengkapi dengan 2 LCD monitor yang pas posisinya sehingga tidak melelahkan
mata maupun leher.
Ada 2 buah catatan saya tentang ‘fisik’ ini:
1.
Agak nggak lazim sebuah gereja Protestan
memasang begitu banyak jendela berkaca mozaik, karena jadi mirip gereja
Katolik. Saya hitung tak kurang dari 14 kaca mozaik dipasang di gereja ini: 2
kaca mozaik besar di kanan kiri pintu masuk, dan 12 kaca mozaik di jendela di
dalam ruang ibadah. 12 kaca mozaik ini juga unik, karena - perasaan saya - menggambarkan
12 jalan salib… saat khas katolik (koreksi saya bila saya salah)
2.
Di depan mimbar pendeta, dipasang sebuah meja
(altar?) dengan 2 vas bunga berdiri di atasnya. Saya kok merasa 2 vas bunga itu
terlalu besar dan mendominasi, mungkin dapat diganti dengan vas yang lebih
kecil dan minimalis (ini sekedar saran loh)
PENYAMBUTAN
Maaf, saya nggak ada catatan tentang hal ini, karena saya
terlambat 10 menit karena siangnya saya sibuk membantu pengungsi banjir di
Grogol (ngeles nih ceritanya)
MUSIK
Gereja ini tampaknya hanya memanfaatkan alat music organ dan
piano up right. Dengan interior gereja yang mendukung, sebetulnya akan lebih
mengesankan kalau digunakan grand piano, atau minimal baby grand piano (mau
nyumbang nih ceritanya…). Organnya sendiri sudah pakai Organ Roland (Atelier
kalau nggak salah) sudah sangat mumpuni sebagai organ gereja, tinggal
pemafaatannya saja yang perlu dioptimalkan. Untuk memandu nyanyian jemaat, ada
prokantor yang cukup nge-lead suaranya, juga dengan tayangan multimedia yang –
ini perlu dicontoh – menayangkan full not angka di setiap lagunya. Memang nggak
semua orang bisa membaca not angka, namun paling tidak ini menunjukkan
keseriusan gereja untuk membina jemaatnya dalam menyanyi pujian dengan benar.
KHOTBAH
Disampaikan dengan semangat oleh seorang penatua yang
mungkin calon pengerja disana dengan materi yang saya rasa cukup relevan dengan
kondisi setempat dan GKI pada umumnya, yaitu masalah keterlibatan umat dalam
ministry gereja. Salah satu kekuatan GKI memang disini: pelibatan jemaat dalam
pelayanan, sehingga sekalipun GKI bukanlah gereja yang nge-pop (alias gereja
popular dalam gaya kotbah dan musiknya), bahkan cenderung konservatif dan
old-fashioned, namun masih dapat terus bertumbuh pesat menjadi 200 lebih jemaat
dan mungkin sekitar 250 ribuan orang umat karena jemaat didorong untuk memiliki
rasa memiliki. Namun seiring dengan melonggarnya ikatan keluarga, dimana
anak-anak menjadi semakin mandiri terhadap orang tuanya, mungkin harus mulai
dipikirkan secara serius oleh GKI akan strategi penjangkauan kaum muda yang
tentu membutuhkan gaya yang lebih nge-pop dan kreatif.
Sekian ulasan saya
Mohon masukan (bila ada), dan
Salam berdaya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar