http://gbiecclesia.com/
Pertumbuhan GBI yang fenomenal di Indonesia dalam satu-dua dasawarsa terakhir ini memang memancing perhatian para pemerhati pertumbuhan gereja. Dari informasi yang saya dapatkan, GBI ini muncul dari skisma dengan GBIS beberapa puluh tahun yang lalu (dengan tokohnya waktu itu adalah Pdt HL Senduk), dan gereja 'baru' tersebut berkembang pesat sedemikian rupa sehingga melebihi ukuran GBIS, bahkan menjadi gereja Pentakosta/Kharismatik terbesar di Indonesia, dengan umat 2 juta orang lebih, yang mungkin hanya dapat disaingi oleh GPdI (klik disini untuk informasi terkait) ataupun - dari kalangan Protestan - HKBP (klik disini untuk informasi terkait) dan GPI (klik disini untuk informasi terkait). Salah satu perkembangan yang fenomenal di jaman saya masih SMA dan kuliah beberapa tahun yl, adalah pertumbuhan GBI Bethany yang dimotori oleh 3 pendeta yang berbagi wilayah pelayanan (di Jakarta Pdt Ir. Niko, di Surabaya Pdt Alex T, di Bali Pdt Timotius Arifin) yang sangat kuat dalam pujian dan penyembahan, maupun GBI Tiberias (di Jakarta oleh Pdt. Pariadji) yang menekankan kuasa minyak urapan dan anggur Perjamuan Kudus. Saat ini GBI Bethany dan GBI Tiberias telah melepaskan diri dari GBI, namun pertumbuhan gereja ini tidaklah menjadi surut, dengan motor beberapa gereja yang cukup menonjol seperti GBI Gatot Subroto (Pdt Ir. Niko), GBI Nafiri Allah (Pdt. Joas A), GBI Keluarga Allah (Pdt Yosia), GBI GL Ministry (?) (Pdt. Gilbert) maupun gereja yang lebih muda seperti GBI Ecclesia Taman Semanan (Pdt Henky So) yang beberapa waktu yang lalu sempat saya hadiri.
PENGUNJUNG IBADAH
GBI Ecclesia saat ini memiliki 5 cabang dengan tak kurang dari 14 jam kebaktian. Di Pusat (yaitu di Eccelsia Semanan), dari informasi yang saya dapatkan dari seorang rekan yang menjadi aktivis di gereja tersebut, tak kurang ada 1800 orang umat yang beribadah di hari Minggu, sebuah angka yang cukup besar untuk sebuah 'gereja muda' (baru berdiri sekitar tahun 1996), dan mereka memiliki kerinduan untuk 'menuai' 10.000 jiwa untuk Tuhan. Saya tidak tahu maksudnya 'menuai' ini apa, apakah untuk penginjilan (memenangkan 10.000 jiwa bagi Kristus) ataukah sekedar untuk membesarkan gereja tersebut menjadi gereja yang beranggotakan 10.000 jiwa. Untuk informasi lainnya, silakan mengunjungi situs resmi gereja ini seperti tercantum di atas.
FISIK
Gereja yang berdiri di atas tanah seluas 2000m2 ini memang cukup mengesankan, berbentuk sebuah stadium dengan kapasitas sekali ibadah mungkin bisa muat 1000 orang. Namun tempat parkir kendaraan di lantai dasar begitu sempit sehingga umat harus parkir di jalan atau di sekitar lapangan tenis yang lumayan jauh. Namun satu hal yang perlu saya acungi jempol adalah: masalah kualitas. Saya menangkap kesan yang kuat bahwa gereja ini sangat menekankan kualitas, itu bisa dilihat dari:
- Warta Jemaat - atau yang mereka sebut sebagai Bulletin Ecclesia - yang untuk ukuran gereja lain sudah layak disebut sebagai buletin bulanan atau dwi bulanan atau tri wulanan.... karena begitu bagus cetakannya, padat isinya (tidak melulu publikasi kegiatan sepekan, tetapi juga ada kolom Hati Gembala, Renungan sepekan, catatan kotbah minggu lalu diberbagai mimbar Ecclesia, kesaksian, maupun sebuah artikel singkat). One word: RUARRR BIASA!!!
- Multimedia yang juga mengesankan: berkekuatan 1 layar raksasa dan 2 proyektor simultan, yang satu menayangkan background berupa shoot live event (ada kameramen khusus yang menayangkan jalannya ibadah di layar dari berbagai sudut) dan yang lain menayangkan teks lagu dan teks Alkitab. Dan yang unik adalah: warta lisan yang ditayangkan dalam bentuk news flash selama sekitar 15 menit selama persembahan dikumpulkan. Profesional sekali tampilannya, dengan tayangan movie kegiatan yang telah dilakukan maupun yang akan dilaksanakan. Dari informasi yang saya dapatkan, memang gereja ini memanfaatkan keahlian jemaatnya yang bekerja di salah satu stasiun televisi swasta untuk memoles multimedianya.
- Tentang tayangan live event (yang ditayangkan sebagai background teks lagu saat pujian), memang terlihat wow dan mengesankan, namun menurut saya tayangan tersebut justru mengganggu konsentrasi jemaat saat menyanyikan pujian, apalagi karena sudut pengambilan gambar dan zoom-nya berubah-ubah. Mungkin lebih baik kalau tayangan tersebut (apabila mau tetap ditanyangkan) nggak terlalu banyak bergerak dan hanya berganti sesekali.
- Tentang penayangan news flash selama 15 menit, memang sangat bagus, tapi..... kelamaan
PENYAMBUTAN
Saya disambut dengan hangat oleh tim penyambutan yang berseragam hitam-hitam, yang dengan sigap memberi salam, menyerahkan warta jemaat dan mempersilakan masuk. Saat saya masuk, pas jam 17.00, ternyata ibadah telah dimulai dengan puji-pujian. Umat yang sudah datang sekitar 150 orang, dan berangsur-angsur bertambah menjadi sekitar 300 orang-an sampai dengan pk 17.30... tampaknya memang kebiasaan umat yang datang terlambat pun dialami oleh jemaat ini. Karena space ruangan yang memang cukup luas, maka untuk keluarga yang memiliki baby pun telah disediakan baby room yang cukup luas yang mungkin dapat menampung 50 orangan.
MUSIK
GBI memang terkenal dengan musik ibadahnya yang bagus, termasuk di gereja ini. Dan sepanjang ibadah, ada dancer yang mengiringi pujian dengan tarian. Suara musik, WL, dan singernya terdengar bulat dan jelas, namun agaknya terlalu keras. Teori yang pernah saya dapatkan: saat musik pengiring dan singer suaranya dominan, maka jemaat akan memilih untuk memelankan suaranya, ini terbukti karena saat WL meminta musik dan singer berhenti di tengah-tengah pujian, baru ketahuan betapa sepinya pujian jemaat. Mungkin perlu dievaluasi tentang 'volume suara' ini, agar jemaat mendapat 'ruang' untuk menaikkan persembahan pujian yang terbaik.
KHOTBAH
Khotbah dibawakan dengan gaya induksi, dimulai dengan memberi banyak contoh, ilustrasi, dan ulasan, yang kemudian di'kunci' dengan sebuah ayat Alkitab. Pembicaranya memang kelihatan sangat ahli dengan topik yang dibawakannya, yaitu masalah penghambat keharmonisan keluarga yang bernama 'ikatan masa lalu', karena ybs memang seorang penulis buku yang menulis topik terkait. Memang menyenangkan mendengar seorang ahli berbicara, karena umat bisa belajar banyak. Saya pribadi cukup terberkati dengan kotbah hari itu, sekalipun gaya kotbah seperti itu terkadang dianggap 'kurang biblical' karena hanya mengambil satu dua ayat untuk 'mengunci ulasan', ketimbang 'mengulas Firman Tuhan' itu sendiri. Namun memang masing-masing ada plus-minusnya sendiri. di GKI sendiri yang 'konon biblical' dengan ulasan komprehensif dari 3+1 bacaan Alkitab, sering khotbahnya terasa 'njlimet' dan 'penuh', sehingga kerygma-nya menjadi nggak jelas, nggak menginspirasi, dan 'kering' karena kebanyakan teori dan minim implikasi praktis.
Demikian ulasan saya mengenai ibadah di GBI Ecclesia ini. Apabila ada yang ingin menambahkan atau mengomentari... welcome.
Salam berdaya!