Rabu, 23 Januari 2013

GKI Perumahan Citra 1



http://www.gki-citra1.org

Minggu, 20 Januari 2013 saya beribadah di GKI Perumahan Citra 1. Sebetulnya saya sudah cukup sering datang ke gereja tersebut, namun baru kali ini sempat membuat beberapa catatan dari hasil pengamatan saya sebagai seorang ‘tamu’ yang tentunya memakai kacamata ‘first impression’, alias kesan yang pertama kali saya tangkap. Apabila ada rekan yang anggota/simpatisan GKI Perumahan Citra 1 yang ingin membetulkan atau mengomentari catatan saya ini, monggo, silakan dengan senang hati.

PENGUNJUNG IBADAH
Sekitar 600-700 umat menghadiri ibadah minggu di 6 kali ibadah (Umum 1-3, Pos PI, Pemuda, Remaja), dan sekitar 200-300 anak sekolah minggu di 2 ibadah anak

JADWAL KEGIATAN
Gereja ini sudah punya website seperti di atas, silakan klik saja disana, maka banyak informasi yang dapat kita temukan disana. Good start!

FISIK GEREJANYA
Namanya saja ‘gereja perumahan’, jelaslah lokasinya ada di dalam perumahan, menempati areal seluas 1 blok, dengan bangunan gereja dan rumah (pastori?) yang berdiri di atasnya. Cukup ideal sebagai sebuah kompleks gereja, sekalipun – sebagai seorang tamu – saya merasa lokasinya begitu jauh karena berada di tempat yang paling ujung…
Dari luar, gereja ini tampak tidak terlalu besar, hanya bangunan stand alone satu lantai dengan sebuah menara (menara lonceng?) yang nggak terlalu tinggi di depannya. Namun saat masuk di dalamnya, terasa suasana yang cukup lapang dan lega, dengan langit-langit cukup tinggi, dan berkapasitas tempat duduk sekitar 300 seats. AC nya sudah sentral (wow untuk ukuran gereja yang nggak terlalu besar seperti ini), menjamin suhu ruangan yang nyaman dan merata disemua bagian. Sound system juga terasa begitu jernih dan empuk, dan diperlengkapi dengan 2 LCD monitor yang pas posisinya sehingga tidak melelahkan mata maupun leher.
Ada 2 buah catatan saya tentang ‘fisik’ ini:
1.       Agak nggak lazim sebuah gereja Protestan memasang begitu banyak jendela berkaca mozaik, karena jadi mirip gereja Katolik. Saya hitung tak kurang dari 14 kaca mozaik dipasang di gereja ini: 2 kaca mozaik besar di kanan kiri pintu masuk, dan 12 kaca mozaik di jendela di dalam ruang ibadah. 12 kaca mozaik ini juga unik, karena - perasaan saya - menggambarkan 12 jalan salib… saat khas katolik (koreksi saya bila saya salah)
2.       Di depan mimbar pendeta, dipasang sebuah meja (altar?) dengan 2 vas bunga berdiri di atasnya. Saya kok merasa 2 vas bunga itu terlalu besar dan mendominasi, mungkin dapat diganti dengan vas yang lebih kecil dan minimalis (ini sekedar saran loh)

PENYAMBUTAN
Maaf, saya nggak ada catatan tentang hal ini, karena saya terlambat 10 menit karena siangnya saya sibuk membantu pengungsi banjir di Grogol (ngeles nih ceritanya)

MUSIK
Gereja ini tampaknya hanya memanfaatkan alat music organ dan piano up right. Dengan interior gereja yang mendukung, sebetulnya akan lebih mengesankan kalau digunakan grand piano, atau minimal baby grand piano (mau nyumbang nih ceritanya…). Organnya sendiri sudah pakai Organ Roland (Atelier kalau nggak salah) sudah sangat mumpuni sebagai organ gereja, tinggal pemafaatannya saja yang perlu dioptimalkan. Untuk memandu nyanyian jemaat, ada prokantor yang cukup nge-lead suaranya, juga dengan tayangan multimedia yang – ini perlu dicontoh – menayangkan full not angka di setiap lagunya. Memang nggak semua orang bisa membaca not angka, namun paling tidak ini menunjukkan keseriusan gereja untuk membina jemaatnya dalam menyanyi pujian dengan benar.

KHOTBAH
Disampaikan dengan semangat oleh seorang penatua yang mungkin calon pengerja disana dengan materi yang saya rasa cukup relevan dengan kondisi setempat dan GKI pada umumnya, yaitu masalah keterlibatan umat dalam ministry gereja. Salah satu kekuatan GKI memang disini: pelibatan jemaat dalam pelayanan, sehingga sekalipun GKI bukanlah gereja yang nge-pop (alias gereja popular dalam gaya kotbah dan musiknya), bahkan cenderung konservatif dan old-fashioned, namun masih dapat terus bertumbuh pesat menjadi 200 lebih jemaat dan mungkin sekitar 250 ribuan orang umat karena jemaat didorong untuk memiliki rasa memiliki. Namun seiring dengan melonggarnya ikatan keluarga, dimana anak-anak menjadi semakin mandiri terhadap orang tuanya, mungkin harus mulai dipikirkan secara serius oleh GKI akan strategi penjangkauan kaum muda yang tentu membutuhkan gaya yang lebih nge-pop dan kreatif.

Sekian ulasan saya
Mohon masukan (bila ada), dan
Salam berdaya!